Selasa, 23 Juni 2009

Masa Orde Baru Dan Reformasi

Masa orde baru dan reformasi

1. Latar belakang jatuh/berakhirnya orde baru:
• Krisis politik
Pemerintah orde baru, meskipun mampu mengangkat Indonesia dari keterpurukan ekonomi dan memberikan kemajuan, gagal dalam membina kehidupan politik yang demokratis, terbuka, adil, dan jujur. Pemerintah bersikap otoriter, tertutup, dan personal. Masyarakat yang memberikan kritik sangat mudah dituduh sebagai anti-pemerintah, menghina kepala negara, anti-Pancasila, dan subversive. Akibatnya, kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis tidak pernah terwujud dan Golkar yang menjadi partai terbesar pada masa itu diperalat oleh pemerintah orde baru untuk mengamankan kehendak penguasa.
Praktik KKN merebak di tubuh pemerintahan dan tidak mampu dicegah karena banyak pejabat orba yang berada di dalamnya. Dan anggota MPR/DPR tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan benar karena keanggotaannya ditentukan dan mendapat restu dari penguasa, sehingga banyak anggota yang bersikap ABS daripada kritis.
Sikap yang otoriter, tertutup, tidak demokratis, serta merebaknya KKN menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Gejala ini terlihat pada pemilu 1992 ketika suara Golkar berkurang cukup banyak. Sejak 1996, ketidakpuasan masyarakat terhadap orba mulai terbuka. Muncul tokoh vokal Amien Rais serta munculnya gerakan mahasiswa semakin memperbesar keberanian masyarakat untuk melakukan kritik terhadap pemerintahan orba.
Masalah dwifungsi ABRI, KKN, praktik monopoli serta 5 paket UU politik adalah masalah yang menjadi sorotan tajam para mahasiswa pada saat itu. Apalagi setelah Soeharto terpilih lagi sebagai Presiden RI 1998-2003, suara menentangnya makin meluas dimana-mana.
Puncak perjuangan para mahasiswa terjadi ketika berhasil menduduki gedung MPR/DPR pada bulan Mei 1998. Karena tekanan yang luar biasa dari para mahasiswa, tanggal 21 Mei 1998 Presiden menyatakan berhenti dan diganti oleh wakilnya BJ Habibie.
• Krisis ekonomi
Krisis moneter yang menimpa dunia dan Asia Tenggara telah merembet ke Indonesia, sejak Juli 1997, Indonesia mulai terkena krisis tersebut. Nilai rupiah terhadap dollar Amerika terus menurun. Akibat krisis tersebut, banyak perusahaan ditutup, sehingga banyak pengangguran dimana-mana, jumlah kemiskinan bertambah. Selain itu, daya beli menjadi rendah dan sulit mencari bahan-bahan kebutuhan pokok.
Sejalan dengan itu, pemerintah melikuidasi bank-bank yang bermasalah serta mengeluarkan KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) untuk menyehatkan bank-bank yang ada di bawah pembinaan BPPN. Dalam praktiknya, terjadi manipulasi besar-besaran dalam KLBI sehingga pemerintah harus menanggung beban keuangan yang semakin besar. Selain itu, kepercayaan dunia internasional semakin berkurang sejalan dengan banyaknya perusahaan swasta yang tak mampu membayar utang luar negeri yang telah jatuh tempo. Untuk mengatasinya, pemerintah membentuk tim ekonomi untuk membicarakan utang-utang swasta yang telah jatuh tempo. Sementara itu, beban kehidupan masyarakat makin berat ketika pemerintah tanggal 12 Mei 1998 mengumumkan kenaikan BBM dan ongkos angkutan. Dengan itu, barang kebutuhan ikut naik dan masyarakat semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup.
• Krisis sosial
Krisis politik dan ekonomi mendorong munculnya krisis dalam bidang sosial. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta krisis ekonomi yang ada mendorong munculnya perilaku yang negatif dalam masyarakat. Misalnya: perkelahian antara pelajar, budaya menghujat, narkoba, kerusuhan sosial di Kalimantan Barat, pembantaian dengan isu dukun santet di Banyuwangi dan Boyolali serta kerusuhan 13-14 Mei 1998 yang terjadi di Jakarta dan Solo.
Akibat kerusuhan di Jakarta dan Solo tanggal 13, 14, dan 15 Mei 1998, perekonomian kedua kota tersebut lumpuh untuk beberapa waktu karena banyak swalayan, pertokoan, pabrik dibakar, dirusak dan dijarah massa. Hal tersebut menyebabkan angka pengangguran membengkak.
Beban masyarakat semakin berat serta tidak ada kepastian tentang kapan berakhirnya krisis tersebut sehingga menyebabkan masyarakat frustasi. Kondisi tersebut membahayakan karena mudah diadu domba, mudah marah, dan mudah dihasut untuk melakukan tindakan anarkis..

7. Dampak reformasi bagi rakyat Indonesia:
• Pemerintahan orde baru jatuh dan muncul era reformasi. Namun reformasi dan keterbukaan tidak diikuti dengan suasana tenang, aman, dan tentram dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Konflik antar kelompok etnis bermunculan di berbagai daerah seperti Kalimantan Barat. Konflik tersebut dilatarbelakangi oleh masalah-masalah sosial, ekonomi dan agama.
• Rakyat sulit membedakan apakah sang pejabat bertindak sebagai eksekutif atau pimpinan partai politik karena adanya perangkapan jabatan yang membuat pejabat bersangkutan tidak dapat berkonsentrasi penuh pada jabatan publik yang diembannya.
• Banyak kasus muncul ke permukaan yang berkaitan dengan pemberian batas yang tegas pada teritorial masing-masing wilayah, seperti penerapan otonomi pengelolaan wilayah pengairan.
• Pemerintah tidak lagi otoriter dan terjadi demokratisasi di bidang politik (misalnya: munculnya parpol-parpol baru), ekonomi (misalnya: munculnya badan-badan umum milik swasta, tidak lagi melulu milik negara), dan sosial (misalnya: rakyat berhak memberikan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah).
• Peranan militer di dalam bidang politik pemerintahan terus dikurangi (sejak 2004, wakil militer di MPR/DPR dihapus).


8. Latar belakang munculnya reformasi:
• Bidang politik
Munculnya reformasi di bidang politik disebabkan oleh adanya KKN, ketidakadilan dalam bidang hukum, pemerintahan orde baru yang otoriter (tidak demokratis) dan tertutup, besarnya peranan militer dalam orde baru, adanya 5 paket UU serta munculnya demo mahasiswa yang menginginkan pembaharuan di segala bidang.
• Bidang ekonomi
Munculnya reformasi di bidang ekonomi disebabkan oleh adanya sistem monopoli di bidang perdagangan, jasa, dan usaha. Pada masa orde baru, orang-orang yang dekat dengan pemerintah akan mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan, bahkan mampu berbuat apa saja demi keberhasilan usahanya.
Selain itu juga disebabkan oleh krisis moneter. Krisis tersebut membawa dampak yang luas bagi kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehingga terjadi PHK dimana-mana dan menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan dimana-mana dan krisis perbankan.
Hal-hal tersebut membuat perlu dilakukannya tindakan-tindakan yang cepat dan tepat untuk mengatasinya.
• Bidang sosial
Krisis ekonomi dan politik pada masa pemerintahan orde baru berdampak pada kehidupan sosial di Indonesia. Muncul peristiwa pembunuhan dukun santet di Situbondo, perang saudara di Ambon, peristiwa Sampit, beredar luasnya narkoba, meningkatnya kejahatan, pembunuhan, pelacuran. Hal tersebut membuat diperlukannya tindakan yang cepat dan tepat.

tingkat kemiskinan

BAB I

PENDAHULUAN

I) Latar Belakang Penulisan

Indonesia memiliki pulau yang terbanyak dan terbesar di Dunia, salah satunya pulau Jawa, adapun pulau yang sangat maju dibandingkan pulau-pulau lainnya di Indonesia adalah pulau Jawa, karena di pulau jawa terdapat banyak potensi, baik itu potensi sumber daya manusia dan juga potensi sumber daya alam, selain itu di pulau jawa terdapat Ibu Kota Jakarta, hal itu menyebabkan banyak penduduk dari luar Jawa lebih memilih pulau jawa sebagai tempat berdomisili dan menggantungkan hidup. Di pulau jawa terdapat tiga bagian, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Jawa Timur merupakan salah satu pulau yang memiliki potensi sumber daya alam dan juga memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar, karena Jawa Timur selain memiliki akses yang strategis sebagai jalur perdagangan dan juga terdapat banyak berdiri sekolah – sekolah, baik formal ataupun non formal yang siap mencetak SDM – SDM yang berkualitas, sejarah telah membuktikan keberhasilannya. dijawa timur banyak tokoh – tokoh hebat yang bermunculan. Selain itu baru – baru ini presiden telah meresmikan jembatan Suramadu dimana dengan selesainya jembatan ini akan sangat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur karena akses yang menghubungkan Surabaya dan Madura telah dibuka lebar untuk masyarakat Indonesia dan Dunia, khususnya warga Surabaya dan Madura. Di Jawa Timur terdapat banyak Kabupaten/Kota mulai dari Pacitan, Kediri, ponorogo, tuban dll, hingga ke ujung jawa timur yaitu Banyuwangi. Dan sebagai center of economi di Jawa Timur adalah Surabaya.

Pada kesempatan kali ini penulis akan memaparkan laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur menurut data BPS daerah kabupaten/kota Jawa Timur Tahun 2007, yang mana terdapat 40 ( empat puluh ) daearah kabupaten/kota di Jawa Timur yang di ambil data sampelnya dari internet. Pada penulis kali ini penulis akan mengambil tema yeitu “Laju Pertumbuhan Ekonomi Dipengaruhi Tingkat Kemiskinan dan Banyaknya Lapangan Kerja di Daerah Kabupaten / Kota Jawa Timur, Tahun 2007. Dimana dalam data penelitian ini penulis memilih “ Y “ sebagai Laju Pertumbuhan Ekonomi, yaitu sebagai faktor yang dipengaruhi, alasannya adalah karena dengan diketahuinya tingakat pertumbuhan ekonomi, maka akan memberikan suatu gambaran, bahwa laju pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten / kota, Jawa Timur bervariasi, seperti di Surabaya, Malang, mojokerto, probolinggo, terlihat peningkatan pertumbuahan ekonimi yang siknifikan dibandingkan Pacitan, Kediri, Magetan yang terlihat paling rendah. Hal ini memberikan sinyal, bawa kota tersebut memang mengalami pertumbuhan ekonomi yang rendah dibandingkan wilayah Surabaya, Malang, Pasuruan dan sekitarnya, karena semua itu tidak terlepas dari sumber daya manusia dan sumber daya alamnya yang kurang, jika kita bandingkan dengan Surabaya, Malang dan sekitarnya terdapat banyak sektor Industri, atau sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat mendukung Contonya Surabaya sebagai wilayah istimewa di Jawa Timur yang memiliki banyak sektor – sektor yang penting dipulau Jawa, seperti akses transportasi, baik darat, laut dan udara yang sangat diminati oleh investor, apalagi dengan adanya jembatan Suramadu yang akan menyaingi pulau Batam, hal ini membuat Surabaya akan semakin mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang siknifikan di tahun-tahun mendatang, Surabaya juga mempunya pelabuhan yang sangat strategis yaitu pelabuhan Tanjung Perak dan masih banyak lainnya. Hal ini sangat wajar apabila Surabaya Mempunyai Sektor ekonomi yang tertinggi di Jawa Timur. Lain halnya dengan wilayah Kediri, Pacitan, Terenggalek dan sekitarnya yang jauh dari akses perdagangan dan akses – akses lainnya, jika dibandingkan dengan Banyuwangi, Bondowoso, Jember dan sekitarnya yang berdekatan dengan akses wisata Pulau Dewata Bali. Walaupun Jauh di ujung timur sana dari Surabaya, namun tingkat pertumbuhan ekonominya tidak seburuk wilayah Kediri dan sekitarnya.

Selanjutnya penulis memilih Kemiskinan sebagai “ X1 “ kerena kita ketahui kemiskinan merupakan problem yang harus segera di minimalisir oleh wilayah, Negara dan Dunia pada umumnya, dengan meningkatnya kemiskinan akan sangat mempengaruhi sektor – sektor rill dan sektor – sektor lainya. Karena jika kemiskinan tidak segera di atasi maka akan berdampak pada lemahnya pendidikan, jika pendidikannaya menurun maka akan banyak bermunculan gen – gen kriminalitas yang akan menyebabkan enggannya imvestor asing dan lokal dan pariwisata untuk menanamkan modalnya diwilayah tersebut, jika hal tersebut terjadi maka stuasi politik akan kacau balau dan lapangan kerjapun susah kita dapatkan, jika hal tersebut berkelanjutan maka secara otomatis akan amat sangat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu, jika suatu daerah, atau wilayah mempunyai tingkat kemiskinan, pendidikan dan lapangan kerja lemah maka siap – siaplah menuju kehancuran. Karena , apabila suatu wilayah, daerah dan Negara memiliki sumber daya manusia yang tinggi walaupun sumber daya alamnya rendah maka akan tercipta wilayah, atau negara seperti Singapura, Ingris, Jepang, Korea dan wilayah – wilayah lainnya. Yang memiliki teritorial dan sumber daya alam yang pas – pasan, akan tetapi Negara tersebut memiliki Sumber Daya Manusia yang sangat handal yang dapat mengantarkan Negaranya pada kemakmuran, sebaliknya jika sumber daya alam melimpah, sedangkan sumber daya manusianya melemah maka yang akan terjadi adalah penjajahan dan eksploitasi besar – besaran yang dilakukan oleh Negara – negara kecil terhadapa Negara besar, seperti Negara kita Indonesia saat ini, Afrika dan lain sebagainya. Yang selalu di eksploitasi sumber daya alamnya oleh Negara lain. Oleh karena itu sangat tepat apa bila faktor kemiskinan dijadikan sebagai X1. Karena akan terjadi singkronisasi data dan makna nantinya.

Selanjunya “ X2 “ sebagai Lapangan Kerja, yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten / Kota, menurut teori jika lapangan kerja yang terdapat di suatu wilayah lebih dari 30 % ( tiga puluh persen ) maka tingkat kemiskinan akan berkurang, sebaliknya jika lapangan kerja yang tersedia kurang dari 30% ( tiga puluh persen ) maka akan berpotensi terjadinya peningkatan kemiskian.

Oleh karena itu dari data yang didapat oleh penulis dari internet, maka dapat kita lihat seberapa besar pengaruh tingkat kemiskinan dan lapangan kerja mempengaruhi pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten / Kota di Jawa Timur, Tahun 2007. Dan juga dapat kita lihat hasil penelitiannya yang di lakukan oleh BPS di Jawa Timur. Setelah kita masukkan kedalam SPSS, maka kita akan melihat hasilnya apakah akan sesuai dengan teori dan juga praktek dilapangan.

ii) Tujuan Penulisan

Tujuan Makalah ini di buat dan disusun oleh penulis sebagai berikut :

v Untuk mengetahui Laju Pertumbuhan Ekonomi dipengaruhi tingkat kemiskinan dan banyaknya lapangan kerja, Kabupaten / Kota Jawa Timur, Tahun 2007 dalam hitungan 40 ( empat puluh ) daerah kabupaten / kota di Jawa Timur, Tahun 2007.

v Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah pelajaran “STATISTIK EKOMOMI II” pada Ujian Akhir Semester.

v Untuk Mengetahui cara menyajikan data kedalam SPSS sekaligus bekal pembelajaran untuk mempermudah dalam penyusunan sekeripsi di akhir kuliah.

iii) Jumlah Sampel

Adapun jumlah sampel yang digunakan oleh penulis berjumlah 40 ( empat puluh ) kabupaten / kota di Jawa Timur , Tahun 2007.

iv) Karangka Teori

a. Asumsi Normalitas

Yaitu pengujian data yang dilakukan untuk mengetahui secara jelas dan benar, apakah data sampel tersebut NORMAL atau TIDAK NORMAL.

Adapun cara mengetahui atau mendeteksinya adalah dengan cara melihat “ P – PLOT “ :

¨ Jika plot – plotnya menjauhi garis diagonal, maka yang terjadi adalah data sampel tidak memenuhi asumsi normalitas.

¨ Adapun sebaliknya, jika plot – plotnya mendekati garis diagonal, maka data sampel tersebut memenuhi asumsi normalitas.

b) Asumsi Klasik

¨ Multikolinieritas

Yaitu terjadi apabila variabel – variabel bebas yang ada berkorelasi satu dengan yang lainnya secara ekstrim, maka akan ada kemungkinan terjadi dua variabel atau lebih, yang akan mempunyai hubungan korelasi yang sangat kuat, sehingga pengaruh masing – masing variabel bebas terhadapa y sulit untuk dibedakan satu dengan yang lainnya. Adapun cara mendeteksinya adalah memakai tiga rujukan :

1. Menurut Hair

Multi Kolineritas, terjadi jika VII > 10, maka terdapat masalah.

2. Menurut Kebanyakan Pendapat, termasuk J. Supranto

Multi Kolineritas terjadi jika VII > 5, maka ada masalah

2. Menurut Gujarati

Ketika dilakukan uji t ternyata banyak yang tidak signifikan, ketika diuji secara subtansi ternyata juga tidak signifikan dan R² besar.

¨ Heterokedasitas

Yaitu Ketidak samaan variance dalam analisis regresi, salah satu cara mendeteksinya adalah dengan melihat scetter plotnya tidak membentuk pola, yaitu plot – plotnya menyebar baik di daerah positif, maka dapat dikatakan tidak ada masalah dalam heterokedasitas dan juga sebaliknya.

¨ Autokorelasi

Yaitu, jika terjadi kesalahan observasi ( kesalahan pengganggu ) yang ada berkorelasi satu sama lain, sehingga mengakibatkan penduga untuk a dan b tidak lagi BLUE ( Best Linier Unbiased Estimator ). Cara mendeteksinya adalah dengan membandingkan nilai Durbin Waston pada print – out dengan nilai Durbin – Waston yang ada pada tabel.

e) Uji F dan Uji t

¨ Uji F

Adalah uji variabel bebas seluruh ( X ) nya secara bersama – sama terhadap variabel tidak bebasnya ( Y ).

Rumusan Hipotesis yang diuji :

Ho:bl = b2 = b3 = b4 = 0, berarti x dan konstanta secara bersamaan tidak mempunyai pengaruh terhadap Y.

Ho:b1 = b2 = b3 = b4 = 0, berarti, x dan konstanta secara bersamaan mempunyai pengaruh terhadap Y.

Formula Hipotesis

F Hitung = r² / ( k – 1 )

( 1 – r² ) / ( n – k )

Jika F hitung > f tabel maka Ho dotolak dan Ha diterima, artinya semua variabel bebas merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat ( y ).

Untuk melakukan Uji F berdasarkan print out, Caranya dengan membandingkan nilai signifikan dengan nilai α pada anova.

α = …….. % = …….

Nilai signifikan Nilai α

……………… ………….

Jika nilai signifikan lebih kecil ( < ) dari nilai α, maka Ho ditolak dan signifikan, artinya x dan konstanta mempunyai pengaruh terhadap y, akan tetapi , jika nilai signifikan lebih besar ( > ) dari nilai α, maka Ho diterima dan tidak signifikan, artinya x dan konstantanya secara bersama – sama tidak mempunyai pengaruh terhadap y.

¨ Uji t

Adalah uji masing – masing variabel bebas (x) terhadap variabel tidak bebasnya ( y ).

v Formula Hipotesa

Ho : bi = 0 ( Variabel bebasnya ( x ) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebanya ( y ) )

Ha : bi > ( Variabel bebasnya ( x ) mempunyai pengaruh ( + ) terhadap variabel tidak bebanya ( y ) ), dengan menunjukan uji 1 arah.

Ha : bi ≠ 0 ( Variabel bebasnya ( x ) mempunyai pengaruh negatif ( - ) terhadap variabel tidak bebanya ( y ) ) dengan menggunakan uji 1 arah.

Ha : bi ≠ 0 ( Variabel bebasnya ( x ) mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebanya ( y ) ) dengan menggunakan uji 2 arah.

v Cara menghitung t :

Untuk uji satu ( 1 ) tα df ( n – k – 1 )

Untuk uji dua ( 2 ) arah tα df ( n – k – 2 )

v Untuk mengetahui to

to = bi – Bi

sbi

Dalam menggunakan Uji t pada print out, caranya dengan membandingkan nilai p value ( pada exel ) atau nilai signifikan ( pada SPSS ) dengan nilai α ( anova ).

ü Uji terhadap konstanta

α = …… % = …..

P. Value / Nilai Signifikan Nilai α

…………………. ? ……….

Dengan membandingkan nilai p. Value ( pada exel ) atau nilai signifikan ( pada SPSS ) dengan nilai α Jika nilai signifikan atau p. Value lebih besar ( > ) dari pada nilai α maka Ho diterima dan tidak signifikan. Artinya bo atau konstanta tidak mempunyai pengaruh terhadap y , akan tetapi jika nilai signifikan atau p. Value lebih kecil ( < ) dari nilai α maka Ho ditolak dan signifikan. Artinya bo atau konstanta mempunyai pengaruh terhadap y.

ü Uji terhadap slope

α = …….. % =………

p. value / nilai signifikan Nilai α

………………………… ? ………

Dengan membandingkan nilai p. Value ( pada exel ) atau nilai signifikan ( pada SPSS ) dengan nilai α. Jika nilai signifikan atau p. Value lebih besar ( > ) dari pada nilai α maka Ho diterima dan tidak signifikan. Artinya bi / slop / koefisian / regresi / x tidak mempunyai pengaruh terhadap y , akan tetapi jika nilai signifikan atau p. Value lebih kecil ( < ) dari nilai α maka Ho ditolak dan signifikan. Artinya bi / slope / koef regresi / x mempunyai pengaruh terhadap y.

ü r dan r²

r atau koefisien korelasi merupakan salah satu dari beberapa koefisien – koefisien regresi linier. Koefisien ( r ) adalah yang menyatakan kuat lemahnya antara x dan y. Nilai r berkisar –1 0 +1

Kuat Lemah Kuat

-________________◘__________________◘ ___________________ ◘___________________


-1 - 0.5 0 +0.5 +1

Tidak ada Hubungan

Hubungan ( + ) berarti jika x ↑ maka y juga naik ↑

Hubungan ( - ) berarti jika x ↓ maka y juga naik ↓

Tidak adanya hubungan yang berkisar pada nilai 0 berarti bahwa, jika x ↑ maka y akan ↓

Rumusan pada koefisien korelasi ( r )

r.∑ xy - ∑x. ∑y


r =


√n.∑ x² - (∑ x² . √(n.∑y². – (∑y) ²

Koefisien determinan r² merupakan titik ketetapan yang dilakukan untuk mendeteksi ketepatan yang paling baik pada garis regresi . r² merupakan koefisien penentu yang menyatakan seberapa besar variabel x nya. Besaran koefisien determinan merupakan besaran non negatif dimana terdapat antara nol ( 0 ) sampai dengan angka 1 ( 0 ≤ r² ≤ 1 ).

Jika koefisien determinan bernilai nol maka tidak ada hubungan antara x dan y, tetapi jika sebaliknya jika koefisien determinan bernilai satu maka adanya kecocokan sempurna antara x dan y pada garis regresi.

Rumusan pada koefisien determinan / r²

r² = ( r ) ² . 100%

BAB II

PEMBAHASAN

i) Asumsi Klasik

a. Normalitas

Dari hasil print out diatas, kita dapat mengetahui bahwa pada normal P-P Plot, plot-plotnya mendetekati garis diagonal. Hal ini dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.

ii) Asumsi Klasik

a. Multikolineritas

Regression

Descriptive Statistics

Mean

Std. Deviation

N

PERTUMBUHAN EKONOMI

5.7345

.93657

40

KEMISKINAN

5.1328

1.19039

40

LAPANGAN KERJA

5.6123

1.44891

40

Correlations

PERTUMBUHAN EKONOMI

KEMISKINAN

LAPANGAN KERJA

Pearson Correlation

PERTUMBUHAN EKONOMI

1.000

.081

.767

KEMISKINAN

.081

1.000

.450

LAPANGAN KERJA

.767

.450

1.000

Sig. (1-tailed)

PERTUMBUHAN EKONOMI

.

.311

.000

KEMISKINAN

.311

.

.002

LAPANGAN KERJA

.000

.002

.

N

PERTUMBUHAN EKONOMI

40

40

40

KEMISKINAN

40

40

40

LAPANGAN KERJA

40

40

40

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables Removed

Method

1

LAPANGAN KERJA, KEMISKINANa

.

Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: PERTUMBUHAN EKONOMI

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1

.822a

.675

.657

.54812

1.908

a. Predictors: (Constant), LAPANGAN KERJA, KEMISKINAN

b. Dependent Variable: PERTUMBUHAN EKONOMI

ANOVAb

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

23.093

2

11.547

38.433

.000a

Residual

11.116

37

.300

Total

34.209

39

a. Predictors: (Constant), LAPANGAN KERJA, KEMISKINAN

b. Dependent Variable: PERTUMBUHAN EKONOMI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

95% Confidence Interval for B

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Lower Bound

Upper Bound

Tolerance

VIF

1

(Constant)

3.751

.432

8.676

.000

2.875

4.626

KEMISKINAN

-.260

.083

-.331

-3.156

.003

-.428

-.093

.798

1.253

LAPANGAN KERJA

.592

.068

.915

8.725

.000

.454

.729

.798

1.253

a. Dependent Variable: PERTUMBUHAN EKONOMI

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimension

Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant)

KEMISKINAN

LAPANGAN KERJA

1

1

2.942

1.000

.00

.00

.01

2

.033

9.488

.22

.18

.99

3

.025

10.799

.77

.81

.00

a. Dependent Variable: PERTUMBUHAN EKONOMI

Residuals Statisticsa

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

N

Predicted Value

2.1061

7.5005

5.7345

.76950

40

Std. Predicted Value

-4.715

2.295

.000

1.000

40

Standard Error of Predicted Value

.088

.468

.136

.065

40

Adjusted Predicted Value

4.5202

7.7348

5.8279

.54030

40

Residual

-1.44612

1.13570

.00000

.53388

40

Std. Residual

-2.638

2.072

.000

.974

40

Stud. Residual

-5.068

2.234

-.057

1.227

40

Deleted Residual

-5.33684

1.31977

-.09344

1.00235

40

Stud. Deleted Residual

-9.042

2.369

-.153

1.727

40

Mahal. Distance

.028

27.457

1.950

4.367

40

Cook's Distance

.000

23.038

.606

3.639

40

Centered Leverage Value

.001

.704

.050

.112

40

a. Dependent Variable: PERTUMBUHAN EKONOMI

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1

.765a

.585

.562

.62033

2.253

a. Predictors: (Constant), lapangan kerja, kemiskinan

b. Dependent Variable: pertumbuhan ekonomi